Wednesday, February 7, 2007

GUNUNG MERAPI

Merapi berasal dari dua kata "meru" yang artinya gunung, dan "api" yang berarti gunung berapi. Merapi adalah salah satu gunung berapi yang teraktif di dunia. Mendengar nama Merapi akan terbayang sesuatu yang mengerikan, gunung ini masih aktif mengeluarkan asap berbau belerang dan sesekali menyemburkan lahar panas. Pada tahun 1998, gunung ini pernah menyemburkan asap wedhus gembel yang bisa melepuhkan kulit manusia. Berupa awan panas dan debu dengan suhu 3000 ÂșC yang meletus hingga ketinggian 3000 meter dari puncaknya. Pada tahun 1994 awan panas telah membunuh 66 orang di lereng sebelah barat daya. Gunung Merapi menjadi idola para pendaki. Perjalanan yang melelahkan dan berliku melintasi bukit-bukit terjal menjadi tantangan tersendiri yang harus mereka taklukkan. Maka, jangan heran kalau gunung tersebut selalu dikunjungi oleh pendaki.
Gunung Merapi dapat didaki dari Selatan ( Kaliurang ) wilayah Sleman, Yogyakarta atau dari Utara ( Selo ) wilayah Boyolali atau dari sebelah Barat wilayah Magelang.
Lewat Kaliurang
Dari kota yogya naik mobil ke Kaliurang, suatu kawasan pegunungan yang berhawa sejuk dengan ketinggian 1300m. Dilanjutkan dengan perjalanan menuju Desa Kimahrejo. Untuk menuju puncak diperlukan waktu sekitar 6 jam. Mendekati puncak Merapi kita harus berhati-hati, karena sering berjatuhan batu-batu dari puncak.
Lewat Selo
Dari Yogya menggunakan bus jurusan Semarang, turun di stasiun Blabak kota Magelang. Kemudian Disambung dengan Mobil kecil ke desa Sawangan, disambung lagi dengan mobil bak sayuran menuju desa Klakah, dari sini disambung lagi dengan mobil bak ke Selo. Disarankan apabila menuju ke Selo, sebaiknya melewati Boyolali, jangan dari Magelang karena sulitnya transportasi.
Untuk mencapai puncak Merapi, para pendaki diharuskan melewati jalur utara. Selain aman, jaraknya juga tidak begitu jauh dibandingkan dengan jalur lain. Jalur tersebut dimulai dari Kecamatan Selo, Boyolali. Untuk sampai ke daerah ini cukup gampang. Anda bisa naik bis jurusan Semarang - Solo dan turun di Boyolali. Dari sini Anda bisa meneruskan dengan bis jurusan Boyolali - Selo. Dari Selo atau tepatnya dari Dusun Plalangan, Anda dapat memulai perjalanan.
Dengan berjalan kaki melewati jalan Aspal menuju basecamp pendakian merapi di dukuh plalangan, desa Lencoh, kecamatan Selo, kabupaten Boyolali, dengan menempuh jarak lebih kurang 1 km dari jalan raya Boyolali-Magelang, ditambah dengan jalanan yang menanjak cukup untuk dijadikan pemanasan sebelum pendakian ke Gn.Merapi. Untuk ke puncak, hanya perlu waktu sekitar 6 jam sedangkan untuk turun diperlukan waktu sekitar 4 jam. Karena waktu tempuhnya cukup singkat, perjalanan bisa dimulai sekitar pukul 24.00, agar kita tiba Puncak Garuda bisa menikmati sunrise dengan jelas. Pendaki dapat beristirahat di basecamp yang dapat menampung sekitar 50 orang pendaki. Disini tersedia tempat untuk menginap. Siapkan persediaan air karena selama diperjalanan kita tidak akan menemui mata air.
Dari basecamp melalui jalan aspal kita berjalan hingga ujung jalan aspal dan akan menjumpai rumah joglo Pos1. Melalui jalan setapak di sebelah kiri bangunan ini perjalanan akan melintasi kebun penduduk yang banyak ditanami tembakau dan kol. Jalur sedikit menanjak namun banyak kerikil sehingga perlu hati-hati agar tidak terpeleset.Setengah perjalanan menuju Pos 2 berupa kebun penduduk, setengahnya lagi kita mulai memasuki hutan pinus yang terjal. Jalur ini berupa tanah namun banyak kerikil sehingga cukup menyulitkan perjalanan. Mendekati pos 2 kita mulai melewati batu-batuan yang besar. Dari Pos 2 ini disiang hari kita sudah dapat menyaksikan Gn. Slamet dibelakang Gn.Sumbing, dan juga Gn.Sundoro. Gunung Merbabu tampak dekat dan sangat jelas kelihatan jalur-jalurnya. Gunung Lawu dari kejauhan di sebelah timur tampak memanjang. Dari Pos 2 menuju Pos 3 jalur akan banyak melewati batuan-batuan terjal, angin kencang mulai terasa sangat mengganggu. Gunakan jaket tebal, sarung tangan, dan penutup muka, karena dinginnya tiupan angin. Bila ingin beristirahat carilah celah- celah batu yang dapat melindungi kita dari hembusan angin kencang. Dimalam hari kita dapat menyaksikan gemerlapnya kota Boyolali.
Dari Pos 3 menuju Pasar Bubrah, kita akan berhadapan dengan batu-batu terjal. Disini pendaki harus berjalan sambil merangkak dibeberapa tempat yang terjal. Hembusan angin kencang sangat terasa.
Di Pasar Bubrah ini terdapat suatu lembah dengan batu-batuan yang berserakan yang sangat luas menyerupai sebuah pasar tradisional. Konon, masyarakat menganggap pasar tersebut sebagai pasar para lelembut.
Dari Pasar Bubrah pendaki dapat melanjutkan pendakian ke Puncak Garuda. Puncak ini sudah rusak dan longsor sehingga sangat berbahaya untuk didaki. Selain sangat terjal dan mudah longsor juga angin kencang bertiup tiada hentinya. Jika tidak dapat mencapai puncak Garuda, pendaki dapat meneruskan pendakian ke puncak Gn. Kendit yang berada di samping Puncak Garuda
Dari puncak Garuda, Anda bisa melihat pemandangan yang menakjubkan, dimana kawah merapi berada di depan mata tak henti-hentinya mengeluarkan asap. Tampak pula, di sebelah utara, Gunung Merbabu yang menantang untuk ditaklukkan. Di seberang Barat dan Timur, Gunung Lawu dan Gunung Sindoro-Sumbing seperti gundukan-gundukan hijau. Jika cuaca cerah, pemandangan lebih mengasyikkan lagi, karena Anda bisa melihat kota Magelang dan Boyolali. Di puncak suhunya bisa mencapai 5 derajat sampai -8 derajat.
Gunung Merapi dipercaya sebagai tempat keraton makhluk halus. Panembahan Senopati pendiri kerajaan Mataram memperoleh kemenangan dalam perang melawan kerajaan Pajang dengan bantuan penguasa Merapi. Gunung Merapi meletus hingga menewaskan pasukan tentara Pajang, sisanya lari pontang-panting ketakutan. Penduduk yakin bahwa Gunung Merapi selain dihuni oleh manusia juga dihuni oleh Makhluk makhluk lainnya yang mereka sebut sebagai bangsa alus atau makhluk halus.
GEOLOGI GUNUNG MERAPI

1. FISIOGRAFI DAN MORFOLOGI
Gunung Merapi tumbuh di atas titik potong antara kelurusan vulkanik Ungaran - Telomoyo - Merbabu - Merapi dan kelurusan vulkanik Lawu - Merapi - Sumbing - Sindoro - Slamet. Kelurusan vulkanik Ungaran-Merapi tersebut merupakan sesar mendatar yang berbentuk konkaf hingga sampai ke barat, dan berangsur-angsur berkembang kegiatan vulkanisnya sepanjang sesar mendatar dari arah utara ke selatan. Dapat diurut dari utara yaitu Ungaran Tua berumur Pleistosen dan berakhir di selatan yaitu di Gunung Merapi yang sangat aktif hingga saat ini. Kadang disebutkan bahwa Gunung Merapi terletak pada perpotongan dua sesar kwarter yaitu Sesar Semarang yang berorientasi utara-selatan dan Sesar Solo yang berorientasi barat-timur.Secara morfologi tubuh gunung Merapi dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu Kerucut Puncak, Lereng Tengah dan Lereng Kaki dan Dataran Kaki (Sari,1992). Kerucut puncak dibangun oleh endapan paling muda berupa lava dan piroklastik. Satuan lereng tengah dibangun oleh endapan lava, piroklastik dan lahar. Lereng kaki dan Dataran Kaki tersusun dari endapan piroklastik, lahar dan aluvial. Dari bentuknya, dibandingkan dengan gunungapi disebelahnya yaitu Gunung Merbabu, Gunung Merapi nampak jauh lebih runcing. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan bagian puncaknya relatif lebih cepat. Hal ini didukung pula oleh kenyataan bahwa pada saat ini produk aktivitas Merapi hanya tersebar pada jarak yang dekat dari puncak Merapi.
Kerucut puncak Merapi yang sering disebut sebagai Gunung Anyar merupakan bagian Merapi yang paling muda. Semua aktivitas Merapi terpusat pada puncak kerucut ini. Kawah utama Merapi saat ini berupa bukaan berbentuk tapal kuda yang mengarah ke barat-baratdaya. Morfologi kawah ini terbentuk sesudah letusan tahun 1961. Secara umum, dataran puncak Merapi tersusun dari kubah-kubah lava yang tidak terlongsorkan. Beberapa area di dataran puncak Merapi di luar kawah utama mengeluarkan banyak uap vulkanik yaitu di area Gendol dan Woro, bagian tenggara dataran puncak.Bagian lereng barat Merapi merupakan daerah aliran guguran dan piroklastik. Daerah ini merupakan daerah terbuka karena sering terlanda awanpanas. Daerah lereng timur sebagai bagian dari struktur Merapi Tua jarang terkena dampak aktivitas Merapi. Lereng ini lebih banyak tedutup dengan vegetasi. Morfologinya nampak dipisahkan dari kerucut-Merapi dengan sesar yang berbentuk tapal kuda yang melalui bawah Gunung ljo, lereng timur Merapi.
Lereng kaki Merapi tersusun dari punggungan-punggungan radial yang diselingi dengan hulu-hulu sungai. Beberapa sungai penting yang berada di lereng barat yaitu Batang, Bebeng, Putih, Blongkeng, Sat, Lamat dan Senowo. Alur-alur pada hulu sungai tersebut yang sering mendapat tambahan material produk letusan.

STRATIGRAFI
Penelitian terdahulu dari G. Merapi menunjukkan bahwa sejarah G. Merapi cukup komplek dan pembagian detail dari sejarah Merapi sendiri masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Berbagai penelitian geologi yang dilakukan di Merapi antara lain Wirakusumah (1989), Berthommier (1990), Newhall & Bronto (1995) dan Newhall et al (in press). Wirakusumah (1989) membagi Geologi Merapi menjadi 2 kelompok besar yaitu Merapi Muda dan Merapi Tua. Penelitian yang dilakukan sesudahnya semakin merinci unit-unit stratigrafi di Merapi.
Secara garis besar sejarah G. Merapi dapat dibagi menjadi 4 bagian (Bedhommier, 1990).

1. PRA MERAPI (lebih dari 400.000 tahun yang lalu)
Sebelum terbentuk Gunung Merapi, pada masa ini sudah terdapat apa yang sekarang nampak sebagai Gunung Bibi, gunung basaltik andesit, yang terletak di lereng timur Merapi, termasuk di daerah Boyolali. Walaupun sama sepeni lava Merapi berjenis basalt-andesitik, batuan gunung Bibi berbeda dari batuan Merapi, karena tidak mengandung orthopyroxen. Puncak Bibi mempunyai ketinggian sekitar 2050 meter di atas muka laut. Lokasi ini dapat dicapai melalui desa Cepogo naik ke arah Merapi. Jarak datar antara puncak Bibi dan puncak Merapi sekitar 2.5 kilometer. Karena umurnya yang jauh lebih tua darl gunung Merapi bukit ini telah mengalami alterasi yang kuat, contoh batuan segar sudah sulit sekali ditemukan. Umurnya diperkirakan sekitar 700.000 tahun.

2. MERAPI TUA (60.000 sampai 8000 tahun yang lalu)
Pada masa ini mulal lahir Gunung Merapi dan merupakan fase awal dari pembentukannya. Kerucut G. Merapi belum terbentuk sempurna. Produk erupsinya bervariasi. Ekstrusi awalnya berupa lava basaltik yang membentuk Gunung Turgo dan Plawangan berumur sekitar 40.000 tahun. Produk aktivitasnya terdiri dari batuan dengan komposisi andesit basaltik; dari awanpanas, breksiasi lava dan lahar.

3. MERAPI PERTENGAHAN (8000 sampai 2000 tahun yang lalu)
Terjadi beberapa lelehan lava andesitik yang menyusun bukit Batulawang dan Gajahmungkur, yang saat ini nampak di lereng utara Merapi. Batuannya terdiri dari aliran lava, breksiasi lava dan awan panas. Aktivitas Merapi dicirikan dengan letusan efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif dengan "debris-avalanche" (sebagaimana terjadi di Mount St. Helens, dalam skala kecil), ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal-kuda dengan panjang 7 kilometer, lebar 1-2 kilometer dengan beberapa bukit di lereng barat. Pada periode ini terbentuk Kawah Pasarbubar.4. MERAPI BARU (2000 sampai sekarang)
Dalam kawah Pasarbubar terbentuk kerucut puncak Merapi yang saat ini disebut sebagai Gunung Anyar. Aktivitas Merapi terdiri dari aliran basalt dan andesit lava, awanpanas serta letusan magmatik dan phreatomagmatik. Kubah lava menjadi pusat aktivitas Gunung Merapi sampai saat ini.
Batuan dasar dari G. Merapi diperkirakan berumur Merapi Tua. Sedangkan Merapi yang sekarang ini berumur sekitar 2000 tahun. Letusan besar dari G. Merapi terjadi di masa lalu yang dalam sebaran materialnya telah menutupi Candi Sambisari yang terletak + 23 km dari G. Merapi. Newhall et al (in press) juga menyatakan bahwa akibat letusan besar di masa lalu dari G. Merapi, material hasil letusannya diperkirakan telah membendung K. Progo yang kemudian membentuk danau. Namun demikian, waktu dari letusannya masih diperdebatkan.
Studi stratigrafi yang dilakukan oleh Andreastuti (1999) telah menunjukkan bahwa beberapa letusan besar, dengan indek letusan (VEI) sekitar 4, tipe Plinian, telah terjadi di masa lalu. Letusan besar terakhir dengan sebaran yang cukup luas menghasilkan Selokopo tephra yang terjadi sekitar sekitar 500 tahun yang lalu (490 + 100 yrs. B.P) (MN15 NB-1). Namun demikian, erupsi eksplosif dari G. Merapi yang teramati diperkirakan masih terjadi lagi pada sekitar 250 tahun yang menghasilkan Pasarbubar tephra. Meskipun demikian, letusannya relatif kecil dibandingkan letusan yang menghasilkan Selokopo tephra.
Berdasarkan pengamatan terhadap jenis endapan dan besar letusannya, letusan G. Merapi di masa lalu (3000 BP - 1800 AD) dapat dibedakan menjadi 3 (Andreastuti, 1999) kelompok:
Kelompok 1: letusan kecil menghasilkan satu jenis endapan yang relatif tipis atau aliran lava. Kelompok 2: letusan medium menghasilkan endapan tephra yang menunjukkan asosiasi sederhana dari endapan yang ketebalannya relatif tipis.
Kelompok 3: letusan besar yang menghasilkan endapan tebal dengan asosiasi jenis endapan yang komplek.
Pembagian tersebutdiatas berlaku untuk kejadian letusan pra-1 800 AD. Bila diterapkan pada letusan sekarang (sesudah-1 800 AD), maka endapan yang terbentuk dapat digolongkan dalam kelompok 1, contohnya lava, awanpanas atau endapan surge dan kelompok 2, yaitu asosiasi endapan awanpanas dan surge.
Endapan hasil letusan yang sekarang berupa awanpanas yang meskipun cukup tebal (mencapai 8m), namun hanya tersebar di lembah-lembah tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa letusannya relatif kecil. Pada letusan pra-1 800, hasil letusan berupa endapan jatuhan yang ketebalannya lebih tipis namun merata di sekitar gunung. Tekanan internal magma pada letusan yang menghasilkan awanpanas lebih kecil daripada yang menghasilkan letusan dengan endapan jatuhan.
Berdasarkan pengamatan geokimia, proses magmatilk dari G. Merapi mencakup proses diferensiasi dan suplai magma (Bahar, 1984, Berthommier, 1990; Andreastuti, 1999) dari dapur magma yang lebih dalam selain itu proses kontaminasi juga berperan dalam perkembangan magma dari G. Merapi (Bahar, 1984, Berthommier, 1990). Lebih jauh, Del Marmol (1989) menyatakan bahwa letusan dari G. Merapi terutama dipicu oleh perubahan kandungan air dan perubahan kecepatan kristalisasi magma.Dalam perkembangannya, sifat letusan G. Merapi menunjukkan sifat perubahan komposisi magma yang berulang dari basa ke asam. Komposisi SiO2 pada sekitar 1000 tahun terakhir mengalami variasi dengan nilai terendah sekitar 50.5 % sampal 56.5 %. Tentu saja perubahan komposisi in! akan berpengaruh pada tingkah laku Merapi. Walaupun perubahan SiO2 berfluktuasi, dalam jangka panjang terjadi kecenderungan kenaikan komposisi yang jelas. Hal ini tedilhat baik dari letusan yang sekarang maupun letusan masa lalu (Andreastuti, 1999). Namun demikian, perubahan sifat letusan dari eksplosif menjadi efusif pada periode saat ini merupakan perubahan yang penting, karena berpengaruh pada jenis dan resiko dari letusan. Dibandingkan dengan letusan masa lampau, letusan masa kini relatif kecil (VEI 1-3).

PETROGRAFI
Gunung Merapi merupakan gunungapi tipe basalt-andesitik dengan komposisi SiO2 berkisar antara 50-58 %. Beberapa lava yang bersifat lebih basa mempunyai SiO2 yang lebih rendah sampal sekitar 48%. Batuan Merapi tersusun dari plagiolklas, olivin, piroksen, magnetit dan amphibol. Plagioklas merupakan mineral utama pada batuan Merapi dengan komposisi sekitar 34%. Menurut del Marmol (1989), lava Merapi mempunyai tingkat kristalinitas 32 58% (fenokris > 0.2 mm). Sedangkan penelitian dari endapan tephra pra-1800 AD (Andreastuti, 1999), mengandung fenokris 15-50%. Asosiasi mineral dari endapan tephra Merapi , yaitu:
a. Plagioklas-klinopiroksen-ortopiroksen-hornblende
b. Plagioklas-hornblende-klinopiroksen
Asosiasi mineral (a) merupakan kelompok yang dominan untuk endapan pra-1800 AD. Sedangkan endapan lava dan tephra sesudah-1800 AD terutama mempunyai asosiasi mineral:
a. Plagioklas-klinopiroksen-ortopiroksen-hornblende-olivin
b. Plagioklas-klinopiroksen-ortopiroksen
Asosiasi mineral (b) adalah umum ditemukan dalam endapan tephra dan lava sesudah1800 AD.
Batuan Merapi yang bersifat basalt-andesitik dan andesitik merupakan hasil evolusi dari high-Al basalt sebagai magma asalnya. Disamping differensiasi kristalisasi, magma Merapi dipengaruhi juga oleh adanya kontaminasi dari batuan mantel dan kerak bumL Adanya kontaminasi dari mantel bumi ditunjukkan dengan. adanya asimilasi antara olivin forsteritik dan high-Al basalt. Xenolith karbonat merupakan indikasi adanya kontaminasi dari batuan sedimen di kerak bumi Xenolith gabbro, walaupun tingkat kontaminasinya kecil, menjadi petunjuk adanya kontaminasi dari batuan tertua yang ditemukan di pulau Jawa (del Marmol, 1989).
Magma Merapi berasal dari high-Al basalt yang terkumpul di dapur magma. Magma basalt ini mempunyai kandungan air sekitar 2% berat. Dari analisis kristalisasi disimpulkan bahwa dapur magma berada pada suatu kedalaman antara 7-17 kilometer (estimasi petrografik) atau setara dengan tekanan lithostatik 2 sampai 5 kilobar (del Marmol, 1989). Dapur magma diperkirakan mempunyai volume sekitar 10 kmI. Nilai volume ini diperoleh dari perhitungan berdasarkan data laju erupsi, pertumbuhan kristal, ukuran kubah lava.

BAHAYA GUNUNG MERAPI

Bahaya gunung Merapi dapat dibedakan menjadi bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer merupakan bahaya yang timbul sebagai akibat langsung dari letusan. Sedangkan, bahaya sekunder merupakan bahaya yang secara tidak langsung disebabkan oleh letusan atau produk letusan. Bahaya primer yaitu awanpanas letusan, lemparan material letusan dan abu letusan. Bahaya sekunder yaitu lahar, kerusakan rumah dan tempat tinggal dan bahkan kekurangan pangan.
Awanpanas saat ini merupakan kejadian yang paling berbahaya di Merapi. Suhu yang tinggi, mencapai 3000C merupakan faktor yang paling berbahaya dari awanpanas. Material panas hancuran dari kubah lava meluncur menyusuri lereng dengan asap yang membubung tinggi bergulung-gulung dengan kecepatan luncur yang dapat mencapal 90 kilometer per jam. Sebagai ilustrasi, jarak 5 kilometer dari puncak akan tercapai oleh awanpanas pada waktu 3-4 menit. Walaupun material awanpanas mengalir menyusuri alur hulu sungai, asap awanpanas mengikuti aliran materialnya dan dapat membubung tinggi mencapai 1-2 kilometer.
Awanpanas menyapu dan membakar daerah yang dilaluinya. Asap yang bergulung-gulung dapat membakar daerah sekitar jalur aliran. Sebagai aliran suspensi material abu, pasir, kerikil, batu dan gas yang bertekanan tinggi, awanpanas biasanya lebih tidak berisik dari pada guguran biasa. Awanpanas dari longsoran kubah lava aktif sangat berbahaya karena dapat terjadi sewaktu-waktu.
Kalau awanpanas sudah atau sedang terjadi penanggulangannya sangat sulit. Bahaya awanpanas hanya bisa dihindari dengan tidak terlalu dekat dengan jalur-jalur awanpanas yaitu hulu-hulu sungai yang ada di lereng Merapi. Karena awanpanas Merapi terutama berasal dari kubah lava maka alur yang paling mungkin terkena adalah daerah yang ada lurus di bawah lidah kubah lava aktif dan disebelah kanan-kiri dari alur tersebut.Sampai saat ini ancaman awanpanas masih ke arah sektor selatan, barat daya, baratdan barat laut. Kubah lava Merapi mempunyai orientasi yang bervariasi dari waktu ke waktu sehingga tingkat resiko bahaya di suatu daerah juga tergantung kondisi kubah pada saat itu.Lontaran bahan letusan, walaupun saat ini jarang terjadi, juga berbahaya bagi kampungkampung yang berada pada posisi dekat, kurang dari 3 kilometer dari Merapi. Lontaran bahan letusan hanya terjadi pada saat letusan mengarah vertikal atau jenis letusan vulkanian dan plinian. Bahaya in! juga mengancam para pendaki yang sedang melakuka.n pendakian di G. Merapi pada saat aktivitas Merapi sedang giat-giatnya. Itulah sebabnya pada saat status Merapi dalam tingkat "Siaga" dianjurkan untuk tidak melakukan pendakian.
Abu letusan, atau hujan abu, bukan merupakan bahaya yang besar bagi penduduk. Iritasi tenggorokan merupakan kejadian yang paling sering dialami oleh penduduk yang terkena hujan abu. Abu pada beberapa kasus dapat mematikan tanaman pertanian penduduk. Masker penutup hidung (dari kain) sudah cukup untuk mengurangi dampak negatif abu vulkanik.
Gas beracun di Merapi hampir tidak ada. Namun demikian bagi para pendaki yang berada di puncak Merapi dan terlalu dekat dengan solfatara tetap acta resiko untuk terserang keracunan gas vulkanik. Dianjurkan untuk menggunakan masker gas atau paling tidak saputangan yang dibasahi air untuk menutup hidung pada saat berada di daerah solfatara Merapi di puncak.
Lahar merupakan aliran lumpur dan batu dari material hasil erupsi yang oleh karena adanya tambahan air dari hujan terbawa turun dan mengalir sebagai aliran pekat. Dua unsur penyusun lahar yaitu material lahar yang berupa endapan hasil erupsi yang berada di lereng Merapi dan air yang berasal dari hujan. Material lahar yang sangat berpotensi adalah material hasil erupsi yang masih baru dan belum terpadatkan. Itulah sebabnya resiko lahar cukup tinggi apabila terjadi hujan lebat dalam beberapa hari/minggu sesudah letusan. Selama ini aliran pada umumnya mengalir di alur-alur sungai yang berhulu di Merapi.
Demikian sehingga bahaya lahar mengancam terutama para penambang pasir di alur sungai di lereng Merapi. Disamping bahayanya lahar juga bermanfaat karena menurunkan material pasir ke ketinggian yang lebih rendah. Cara penanggulangan lahar saat yang paling sederhana adalah dengan menghindari alur sungai pada saat terjadi hujan lebat di lereng Merapi terutama yang masih terdapat material lepasnya.

BENTANG ALAM VOLKANIK


Bentang alam volkanik adalah bentang alam yang pembentukannya dikontrol oleh proses keluarnya magma dari dalam bumi.

Bentang alam volkanik umumnya dihubungkan dengan gerak tektonik, gunungapi-gunungapi sebagian besar dijumpai di depan zona penunjaman (subduction zone)


GUNUNG API

 Definisi

1. Menurut MacDonald (1972),
Gunungapi adalah tempat atau lubang keluarnya bahan pijar atau gas yang berasal dari dalam bumi ke permukaan bumi.

2. Menurut Matahelemual (1982, pada Azwar, dkk, 1987)
Gunungapi sebagai bentuk timbulan kumpulan bahan bahan letusan di muka bumi yang berasal dari magma yang tersebar secara mandiri, berkelompok atau berantai.

3. Menurut Montgomery (1989, pada Azwar, dkk, 1987)
Gunungapi adalah tempat keluarnya magma, abu dan gas hasil erupsi atau struktur yang dibentuk disekitar pusat lubang volkan karena aktivitas erupsi.

Gunungapi memiliki ciri yang khas meliputi bentuk, tipe erupsi dan material yang dihasilkan. Perbedaan ini berhubungan erat dengan komposisi magma dan letak gunungapi tersebut terhadap kedudukan tektonik lempeng.

 Tipe Erupsi Gunungapi
Escher (1952, pada Azwar, dkk, 1987) membuat suatu klasifikasi letusan gunungapi berdasarkan tekanan gas, derajat kecairan magma dan kedalaman wadah magma itu sendiri.
Klasifikasinya adalah sebagai berikut :

1. Tipe Hawaii
Tipe gunungapi ini dicirikan oleh lava cair dan tipis yang dalam perkembangannya akan membentuk tubuh gunungapi tipe perisai. Sifat magma yang sangat cair memungkinkan terbentuk lava pijar yang disebabkan oleh arus konveksi pada danau lava dan akan mancur, dimana lava banyak mengandung gas, sehingga yang ringan akan terlempar ke atas sedangkan yang berat setelah gas hilang akan tenggelam lagi. Tipe ini banyak ditemukan di Hawaii, seperti di Gunung Kilauea dan Gunung Maunaloa.

2. Tipe Stromboli
Tipe ini sangat khas untuk Gunung Stromboli dan beberapa gunungapi lainnya yang sedang meningkat kegiatan volkanismenya. Magmanya sangat cair, ke arah permukaan sering dijumpai letusan pendek disertai ledakan. Bahan yang dikeluarkan berupa abu, bom, lapili dan setengah padatan bongkah lava.

3. Tipe Volkano
Tipe ini dicirikan oleh awan debu membentuk bunga kol karena gas yang ditembakkan ke atas meluas hingga jauh di atas kawah. Tipe ini memiliki tekanan gas relatif sedang dan lavanya tidak begitu cair. Berdasarkan kekuatan letusannya, tipe ini dibedakan menjadi tipe volkano kuat, contohnya Gunung Vesusius dan Gunung Etna dan tipe volkano lemah, sebagai contohnya Gunung Raung dan Gunung Bromo.

4. Tipe Merapi
Tipe ini dicirikan oleh lavanya yang kental, dapur magma relatif dangkal dan tekanan gas yang agak rendah. Karena sifat magmanya tersebut, maka terbentuk sumbat atau kubah lava, sementara bagian bawah dari sumbat lava tersebut akan cenderung dalam keadaan masih cair. Kubah lava yang gugur akan menyebabkan terjadinya awan panas guguran. Jika semakin tinggi tekanan gas karena pipa kepundan tersumbat, maka akan menyebabkan terjadinya letusan dan akan membentuk awan panas letusan.

5. Tipe Pelee
Tipe ini memiliki kekentalan magma hampir sama dengan tipe Merapi, tetapi memiliki tekanan gas yang cukup besar. Ciri khasnya adalah adanya letusan gas ke arah lateral.

6. Tipe Vincent
Tipe Vincent ini memiliki lava yang agak kental, tekanan gas sedang dan terdapat danau kawah yang pada waktu meletus akan dimuntahkan membentuk lahar letusan dengan suhu sekitar 100o C kemudian akan disusul oleh pelontaran bahan lepas berupa bom, lapili dan awan pijar.

7. Tipe Perret atau Plinian
Tipe ini dicirikan oleh tekanan gas yang sangat kuat dan lava cair. Sifat letusannya merusak diduga ada kaitannya dengan perkembangan pembentukan kaldera.


 Morfologi Gunungapi
Morfologi gunung api dapat dibedakan menjadi 3 zone dengan ciri-ciri jenis litologi dan asosiasi morfologi yang berlainan.

1. Zona pusat erupsi (Central Zone). Zona ini dicirikan oleh :
a. Banyak radial dike / sill.
b. Adanya sumbat kawah (plug) dan crumble breccia.
c. Adanya zona hidrothermal
d. Sifat piroklastiknya kasar.
e. Bentuk morfologi kubah dengan pusat erupsi.

2. Zona proksimal , zona ini dicirikan oleh :
• Material piroklastik agak terorientasi.
• Terjadi pelapukan pada lava dan material piroklastik yang dicirikan oleh soil yang tipis.
• Sering dijumpai parasitic cone.
• Banyak dijumpai ignimbrite dan welded tuff.

3. Zona Distal, dicirikan oleh :
 Material piroklastik berukuran halus.
 Banyak dijumpai lahar.


 Macam-macam Bentang alam Volkanik

1. Kubah Volkanik
Merupakan morfologi gunung api yang mempunyai bentuk cembung ke atas. Morfologi ini dibedakan atas dasar asal kejadiannya menjadi

• Kerucut semburan dan kerucut perisai
Morfologi ini terbentuk oleh erupsi lava yang bersifat encer basaltis. Sedang lava yang bersifat granitis menghasilkan morfologi kubah sumbat (plug dome).

• Kerucut parasit (Parasitic Cone)
Morfologi ini terbentuk sebagai hasil erupsi gunung api yang berada pada lereng gunung api yang lebih besar.

• Kerucut sinder (Cinder Cone)
Merupakan kubah yang terbentuk oleh letusan kecil yang terjadi pada kaki gunung api, berupa kerucut rendah dengan bagian puncak tampak cekung datar.

2. Depresi Volkanik
Depresi volkanik adalah morfologi bagian volkan yang secara umum berupa cekungan.
Berdasarkan material pengisinya, depresi volkanik dibedakan menjadi :

• Danau Volkanik
Depresi volkanik yang terisi oleh air sehingga membentuk danau

• Kawah
Depresi volkanik yang terbentuk oleh letusan dengan diameter maksimum 1,5 km, dan tidak terisi oleh apapun selain material hasil letusan.

• Kaldera
Depresi volkanik terbentuknya belum tentu oleh letusan, tetapi didahului oleh amblesan pada kompleks volkan, dengan ukuran lebih dari 1,5 km. Pada kaldera ini sering muncul gunung api baru.

3. Dataran Volkanik
Secara relatif, dataran volkanik dicirikan oleh topografi yang datar, dengan variasi beda tinggi (relief) tidak menyolok. Macam-macam dataran volkanik diantaranya adalah : dataran rendah basal, plato basal, dan dataran kaki volkan .

4. Volkan Semu
Volkan semu adalah morfologi mirip kerucut gunung api, bahan pembentuknya berasal dari volkan yang berdekatan. Dapat pula terbentuk oleh
erosi lanjut terhadap suatu volkan yang sudah lama tidak menunjukkan kegiatannya (mati/dorman).
Contoh morfologi volkan semu ini adalah Gunung Gendol di daerah Muntilan, Jawa Tengah pada dataran kaki volkan gunungapi Merapi.
Volkan semu jenis lain adalah leher volkanik (volcanic neck), yaitu morfologi yang terbentuk bila suatu kubah volkanik tererosi sehinggga tinggal berbentuk kolom. Biasanya, di sekitar lajuran volkanik tersebut sering dijumpai retas yang memanjang (radial dike)


 Dampak adanya Gunungapi
Gunung api dapat mempengaruhi lingkungan, baik pengaruh baik (sesumber), maupun pengaruh buruk (bencana) bagi manusia.

Dampak positif dengan adanya gunung api adalah :
• Panas bumi, sebagai sumber listrik dari proses hidrotermal yang terjadi di daerah gunung api seperti yang diusahakan di pegunungan Dieng dan Lahendong.

• Sebagai taman wisata, dikembangkan dari potensi keindahan alam dan suasana alam yang masih asri dan sejuk seperti di Kaliurang, Puncak dan Sarangan.

• Sebagai daerah pertanian yang subur seperti banyak dijumpai di seluruh Indonesia. Contohnya : Batu, Kaliurang, Dieng, Wonosobo.

• Sebagai daerah pengisian (recharge) air tanah bagi daerah-daerah sekitar gunung api seperti gunung Merapi untuk daerah sekitarYogyakarta.

• sebagai daerah penyeimbang / pembagi hujan di daerah sekitarnya.
Selain berpotensi sebagai daerah yang menguntungkan, gunung api juga berpotensi sebagai sumber bencana. Secara garis besar bahaya akibat erupsi gunung api dapat dibagi menjadi 2 yaitu ; bahaya langsung (primer) dan bahaya setelah terjadinya letusan (sekunder). Bahaya primer akibat erupsi gunung api meliputi :

• Aliran lava
Aliran lava yaitu terjadinya aliran batu cair yang pijar dan bersuhu tinggi (sampai 1200 0 C ). Alirannya menuruni lereng yang terjal dan dapat mencapai beberapa kilometer. Semua benda yang dilaluinya akan hangus dan terbakar. Apabila melongsor akan menimbulkan awan panas.

• Bom gunung api
Bom gunung api berujud batuan yang panas dan pijar berukuran 10 cm – 2 m. batuan ini dapat terlempar dari pusat erupsi sejauh hingga 10 km. Bom ini dapat menimbulkan kebakaran hutan, pemukiman dan lahan pertanaian. Bila tiba di tanah bom ini akan mengeluarkan letusan dan akan hancur.

• Pasir lapilli
Pasir dan lapilli adalah campuran material letusan yang ukurannya lebih kecil dari bom ( lebih besar 2 mm).Sedangkan lapilli lebih besar daripada pasir hingga mencapai beberapa cm. Apabila terjadi letusan pasir dan lapilli ini dapat terlempar hingga puluhan km. Pasir dan lapilli ini dapat menghancurkan atap rumah, karena bebannya juga dapat merusak lahan pertanian hingga dapat membunuh tanaman.

• Awan Pijar
Awan pijar adalah suspensi dari material halus yang dihasilkan oleh erupsi gunungapi dan dihembus oleh angin hingga mencapai beberapa kilometer. Awan pijar ini merupakan campuran yang pekat dari gas, uap dan material halus yang bersuhu tinggi (hingga 1200 0C). Suspensi ini berat sehingga mengalir menuruni lereng gunungapi dan seolah-olah meluncur, luncurannya dapat mencapai 10 – 20 km dan membakar apa yang dilaluinya seperti yang terjadi pada Gunungapi Merapi pada tanggal 22 November 1994 yang memakan korban 60 orang terbakar hidup-hidup dan tak terhitung lagi ternak yang mati terpanggang akibat letusan awan panas ini.

• Abu Gunungapi
Abu ini merupakan campuran material yang paling halus dari suatu letusan gunungapi. Suhunya bisa tidak panas lagi. Ukurannya kurang dari 1 mikron – 0,2 mm. Bahaya yang ditimbulkan antara lain bisa mengganggu penerbangan seperti yang terjadi pada saat letusan Gunungapi Galunggung, dapat menimbulkan sesak napas apabila terlalu banyak menghisap abu gunung api dan menimbulkan penyakit silikosis. Yaitu penyakit yang diakibatkan oleh penggumpalan silika bebas pada paru-paru yang diakibatkan oleh terisapnya abu gunungapi yang mengandung silika bebas.

• Gas beracun
Kadar gas yang tinggi dapat menimbulkan kematian. Gunungapi biasanya mengeluarkan gas CO, CO2, H2S, HCN, H3As, NO2, Cl2, dan gas lain yang jumlahnya sedikit. Nilai batas ambang untuk gas CO 50 ppm (part per milion), CO2 5,00 ppm, sedangkan gas H3S yang sangat mematikan pada 0,05 ppm. Gas yang dikeluarkan saat erupsi tidak begitu berbahaya karena gas tersebut langsung terbakar pada saat terjadi letusan gunungapi. Yang paling berbahaya adalah apabila gas tersebut dikeluarkan pada sisa-sisa gunungapi seperti yang terjadi di Pegunungan Dieng. Gas tersebut BJ-nya lebih besar dari udara bebas sehingga letaknya berada pada daerah-daerah yang rendah seperti di lembah-lembah, dekat permukaan tanah.
Bahaya yang tidak kalah berbahayanya adalah bahaya setelah terjadi letusan yaitu bahaya sekunder. Bahaya tersebut berupa bahaya aliran lahar. Lahar terbentuk dari batuan yang dilemparkan dari pusat erupsi baik block, bom, lapilli, tuff, abu, maupun longsoran kubah lava, apabila terjadi hujan lebat yang turun bersamaan atau setelah erupsi maka endapan material hasil erupsi tersebut akan terangkut oleh aliran air membentuk aliran bahan rombakan yang biasa disebut aliran lahar. Aliran lahar ini mempunyai kekuatan merusak yang besar dan akan melalui apa saja yang ada di depannya tanpa kecuali baik pemukiman, hutan, tanah pertanian maupun tanggul sungai yang dilaluinya.